Rabu, 7 Julai 2010

Kekuatan Ukhuwah Islamiah

Ukhuwah Islamiah (persaudaraan Islam) adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi ciri-ciri masyarakat Islam di zaman Rasulullah, iaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.

Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah Saw. membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengangkat derajat umat Islam atas muka bumi lebih kurang dari setengah abad.

Pada abad ke-15 Hijriah ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, kerana ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam.

Kedudukan Ukhuwah dalam Islam

Ukhuwah Islamiah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman,

"...Lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang bersaudara..." (QS: Ali Imran: 103).

Ukhuwah adalah pemberian Allah berfirman,

"...Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, nescaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka... (QS: Al-Anfal: 63)"

"...Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu." (QS: Ali Imran: 103).

Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah juga kelembutan, cinta, dan kasih sayang. Rasulullah Saw. bersabda,

"Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bahagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bahagian tubuh lainnya turut merasakannya." (HR. Imam Muslim).

Ukhuwah juga membangun umat yang kukuh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat mana pun. Ia lebih kuat dari bangunan kekayaan semata, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akan tetap kukuh. Rasulullah Saw. bersabda,

"Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebahagiannya mengukuhkan bahagian lainnya." (HR. Imam Bukhari).

Ukhuwan tidak bisa dibeli dengan wang atau sekadar kata-kata. Tapi ia diperoleh dari penyatuan antara jiwa dan jiwa, ikatan hati dan hati. Dan ukhuwah merupakan ciri istimewa dari seorang mukmin yang soleh. Rasulullah Saw. bersabda,

"Seorang mukmin itu hidup rukun. Tidak ada kebaikan bagi yang tidak hidup rukun dan harmoni."

Dan ukhuwah Islamiah ini diikat oleh iman dan taqwa. Iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10)."

Ertinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan kerana iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman,

"Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS: Al-Zukhruf: 67).




Keutamaan Ukhuwah Islamiah

Dari ukhuwah Islamiah lahir banyak keutamaan, pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:

1. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka, tidak merasakannya. Rasulullah Saw. bersabda,

"Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang kerana Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka." (HR. Imam Bukhari).

2. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, dilindungi Arasy Al-Rahman. Di akhirat Allah berfirman

"Di mana orang-orang yang saling mencintai kerana-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku." (HR. Imam Muslim).
Rasulullah Saw. bersabda,

"Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika malaikat menjumpainya, malaikat bertanya, "Mahu kemana?" Orang tersebut menjawab, "Saya mahu mengunjungi saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya, "Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?" Ia menjawab, "Tidak. Aku mengunjunginya hanya kerana aku mencintainya kerana Allah." Malaikat pun berkata, "Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi khabar untukmu, bahawa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu kerana-Nya." (HR. Imam Muslim).

3. Mereka adalah ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda,

"Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya kerana Allah, maka malaikat berseru, 'Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga." (HR. Imam Al-Tirmizi).

Rasulullah Saw. bersabda,

"Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka kerana kedudukan mereka di sisi Allah." Para sahabat bertanya, "Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai kerana Allah, bersaudara kerana Allah, dan saling mengunjungi kerana Allah." (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat).

4. Bersaudara kerana Allah adalah amal mulia dan mendekatkan hamba dengan Allah.

Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, "...Hendaklah kamu mencinta dan membenci kerana Allah..." Kemudian Rasul ditanya lagi, "Selain itu apa wahai Rasulullah?" Rasul menjawab, "Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri,………….." (HR. Imam Al-Munziri).

5. Diampunkan Dosa. Rasulullah Saw. bersabda,

"Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon." (Hadis yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha'if).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan